Nama
Nama beliau -menurut pendapat yang
shahih- adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi At Taimi.
Kun-yah
Beliau memiliki kun-yah: Abu Bakar
Laqb (Julukan)
Beliau dijuluki dengan ‘Atiq (عتيق) dan Ash
Shiddiq (الصدِّيق).
Sebagian ulama berpendapat bahwa
alasan beliau dijuluki ‘Atiq karena beliau tampan. Sebagian mengatakan karena beliau
berwajah cerah. Pendapat lain mengatakan karena beliau selalu terdepan dalam
kebaikan. Sebagian juga mengatakan bahwa ibu beliau awalnya tidak kunjung
hamil, ketika ia hamil maka ibunya berdoa,
اللهم
إن هذا عتيقك من الموت ، فهبه لي
“Ya Allah, jika anak ini engkau bebaskan dari maut, maka
hadiahkanlah kepadaku”
Dan ada beberapa pendapat lain.
Sedangkan julukan Ash Shiddiq didapatkan karena beliau membenarkan kabar dari NabiShallallahu’alaihi Wasallam dengan
kepercayaan yang sangat tinggi. Sebagaimana ketika pagi hari setelah malam Isra
Mi’raj, orang-orang kafir berkata kepadanya: ‘Teman kamu itu (Muhammad)
mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul Maqdis dalam semalam’. Beliau menjawab:
إن كان قال فقد صدق
“Jika ia berkata demikian, maka itu benar”
Allah Ta’ala pun menyebut beliau
sebagai Ash Shiddiq:
وَالَّذِي
جَاء بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang
membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Az Zumar: 33)
Tafsiran para ulama tentang ayat
ini, yang dimaksud ‘orang yang datang membawa kebenaran’ (جَاء بِالصِّدْقِ)
adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam dan yang dimaksud ‘orang yang
membenarkannya’ (صَدَّقَ بِهِ) adalah Abu Bakar Radhiallahu’anhu.
Beliau juga dijuluki Ash Shiddiq
karena beliau adalah lelaki pertama yang membenarkan dan beriman kepada Nabi
Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallamtelah menamai beliau dengan Ash Shiddiq sebagaimana
diriwayatkan dalam Shahih Bukhari:
عن
أنس بن مالك رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم صعد أُحداً وأبو بكر وعمر
وعثمان ، فرجف بهم فقال : اثبت أُحد ، فإنما عليك نبي وصديق وشهيدان
“Dari Anas bin Malik
Radhiallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam menaiki gunung Uhud bersama Abu
Bakar, Umar dan ‘Utsman. Gunung Uhud pun berguncang. Nabi lalu bersabda:‘Diamlah Uhud, di atasmu ada Nabi,
Ash Shiddiq (yaitu Abu Bakr) dan dua orang Syuhada’ (‘Umar dan ‘Utsman)”
Kelahiran
Beliau dilahirkan 2 tahun 6 bulan
setelah tahun gajah.
Ciri Fisik
Beliau berkulit putih, bertubuh
kurus, berambut lebat, tampak kurus wajahnya, dahinya muncul, dan ia sering
memakai hinaa dan katm.
Istri dan Anak Abu Bakar
Abu Bakar pernah
menikahi Qutailah binti Abdul Uzza bin Abd bin As’ad pada masa Jahiliyyah dan
dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’. Beliau juga menikah
dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah,
dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikah
dengan Asma’ binti Umais bin ma’add bin Taim al Khatts’amiyyah, dan sebelumnya
Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahannya ini
lahirlah bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di
Dzul Hulaifah. Beliau juga menikah dengan Habibah binti Kharijah bin Zaid bin
Zuhair dari Bani al Haris bin al Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah
di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting
putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut
dengan as Sunuh hingga Rasullullah wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi
khalifah sepeninggal Rasulullah. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu
Khultsum.
Orang yang Paling Bersih di Masa Jahilliyah
Ibnu Asakir
meriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Aisyah, dia berkata, “Demi Allah,
Abu Bakar tidak pernah melantunkan satu syair pun di masa Jahiliyah dan tidak
pula dimasa Islam. Abu Bakar dan Utsman bin Affan tidak pernah minum minuman
keras di zaman Jahiliyah.” Juga diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, dia
berkata, “Abu Bakar sama sekali tidak pernah mengucapkan syair.” Dari Abu Al Aliyyah
Ar rayahi, dia berkata, “dikatakan kepada Abu Bakar ditengah sekumpulan sahabat
Rasulullah, ‘Apakah kamu pernah meminum minuman keras di zaman Jahiliyah?’
Beliau berkata, ‘Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan itu!’.”
Sifat Abu Bakar
Ibnu Saad meriwayatkan
dari Aisyah bahwa seorang laki-laki berkata kepadanya, “Coba sebutkan kepada
saya gambaran tentang Abu Bakar.” Kata Aisyah, “Dia adalah laki-laki kulit
putih, kurus, tidak terlalu lebar bentuk tubuhnya, sedikit bungkuk, tidak bisa
untuk menahan pakaiannya turun dari pinggangnya, tulang-tulang wajahnya
menonjol, dan pangkal jemarinya datar.”
Ibnu Asakir
meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Abu Bakar mewarnai rambutnya dengan ‘daun
pacar’ dan katam (nama jenis tumbuhan). Dia juga meriwayatkan dari Anas, dia
berkata, “Rasulullah datang ke Madinah, dan tidak ada salah seorang dari para
sahabatnya yang beruban kecuali Abu Bakar, maka dia menyemirnya dengan daun
pacar dan katam.”
Abu Bakar dilahirkan
di Mekah dari keturunan Bani Tamim (At Tamimi), suku
bangsa Quraisy. Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, ia adalah seorang
pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta
dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
Masa Bersama Rasulullah
Sebagaimana yang juga
dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan
yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek
moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari
golongan budak. Sementara para pemeluk non-budak biasanya masih dilindungi oleh
para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal
ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari
tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Sehingga diriwayatkan bahwa Abu Bakar
memiliki 9 tempat dagang atau toko yang semuanya habis dibuat untuk tegaknya
agama Islam. Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain: Bilal bin Rabbah, Abu
Fakih, Ammar, Abu Fuhaira, Lubainah, An Nahdiah, Ummu Ubays, dan Zinnira.
Ketika
peristiwa Hijrah, saat Rasulullah pindah ke Madinah (622 M), Abu
Bakar adalah satu-satunya orang yang menemani beliau. Abu Bakar juga terikat
dengan Rasulullah secara kekeluargaan. Anak
perempuannya, Aisyah menikah dengan Rasulullah beberapa saat setelah
Hijrah.
Menjadi Khalifah Pertama
Selama masa sakit
Rasulullah saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk
menjadi imam shalat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai
indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah Rasulullah
wafat, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin
di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin
baru umat Islam atau khalifah Islam.
Apa yang terjadi saat
musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai
khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan
pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi
kaum Sunni dan Syi’ah. Di satu sisi kaum Syi’ah percaya bahwa
seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu Rasulullah), yang menjadi
pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah sendiri sementara kaum
Sunni berpendapat bahwa Rasulullah menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum
Sunni berargumen bahwa Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan
pemimpin. Sementara muslim Syi’ah berpendapat kalau Rasulullah dalam hal-hal
terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dan sebagainya, tidak
pernah meninggalkan umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah
kepemimpinan umat terahir, dan juga banyak hadits di Sunni maupun Syi’ah
tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah, serta jumlah pemimpin Islam yang
dua belas.
Terlepas dari
kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali bin
Abu Thalib sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya kepada Abu Bakar dan
dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum Sunni
menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali bin Abu
Thalib menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Sementara kaum
Syi’ah menggambarkan bahwa Ali bin Abu Thalib melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat beliau berbaiat setelah
sepeninggal Fatimah istri beliau yang berbulan-bulan lamanya dan setelah itu ia
menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.
Perang Ridda
Segera setelah
menjabat Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas
komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal
dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem
yang ada. Beberapa diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak
menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan
tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa
hanya memiliki komitmen dengan Rasulullah dan dengan kematiannya komitmennya
tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap
mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan
terbesar adalah memerangi Ibnu Habib al Hanafi yang lebih dikenal dengan
nama Musailamah Al Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya
sebagai nabi baru menggantikan Rasulullah. Musailamah kemudian dikalahkan pada
pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.
Pengumpulan Al Qur’an
Abu Bakar juga
berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur’an. Dikatakan bahwa
setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang
Ridda, banyak penghafal Al Qur’an yang ikut tewas dalam pertempuran. Setelah
terjadi perdebatan panjang, Abu Bakar meminta Umar bin Khattab untuk
mengumpulkan koleksi dari Al Qur’an. Setelah lengkap koleksi ini, yang dikumpulkan
dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis
seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, oleh sebuah tim yang diketuai oleh
sahabat Zaid bin Tsabit, kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar bin
Khattab dan juga istri dari Rasulullah. Kemudian pada masa
pemerintahan Ustman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan
teks al Qur’an hingga yang dikenal hingga saat ini.
Wafatnya Abu Bakar
Abu Bakar meninggal
pada tanggal 23 Agustus 634 atau 8 Jumadil Awwal 13 H di Madinah pada
usia 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma`
binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam
Rasulullah. Umar menshalati jenazahnya diantara makam Rasulullah dan mimbar
(ar-Raudhah) . Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah
putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar bin Khattab, Ustman bin
Affan, dan Thalhah bin Ubaidillah.
0 komentar:
Post a Comment
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOK SAYA, SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR